Nenen
2007-01-08 01:34:59 UTC
Bisnis Tahu Sumedang
Haji Tamin, dari Pedagang Kaki
Lima Menjadi Pengusaha Sukses
Sumedang Siapa tak kenal dengan tahu sumedang. Makanan khas
Indonesia yang berasal dari Sumedang, di daerah Jawa Barat ini tidak
hanya gurih rasanya tapi juga kaya akan protein dan berbagai zat yang
diperlukan oleh tubuh. Bagi Haji Tamim (58), tahu sumedang telah
mengubah hidupnya.
Bagaimana tidak, berawal dari seorang pedagang kaki lima di pasar, ia
lalu berdikari menjadi salah seorang pengusaha tahu yang sukses.
Dari usahanya itu kini ia telah berhasil menghidupi keluarganya, naik
haji, memiliki pabrik dan menghidupi keenam belas karyawannya. Ayah
dari sembilan orang anak ini telah memulai usahanya sejak tahun 1985.
Berawal dari pembuatan satu gilingan tahu atau kira-kira seratus buah
tahu/hari, menjadi dua puluh lima gilingan dan sekarang mencapai
seratus gilingan atau sekitar sepuluh ribu buah tahu/hari. Jumlah yang
cukup untuk memberi makan sekampung.
Usaha yang dianggap kebanyakan orang sebagai hal yang sepele ini,
ternyata mampu mendatangkan omset lebih dari Rp 100 juta/bulan. Belum
lagi jika ada hari-hari khusus yang menyebabkan permintaan bertambah
maka omzetnya bisa mencapai dua kali lipat dari omzet biasa.
Ketika berbincang-bincang dengan Haji Tamim, senyumnya selalu dikulum,
tanda bisnisnya lancar.
Bahan baku utama tahu sumedang ini, menurut Tamim yang tidak lulus SMP
itu, adalah kacang kedelai yang disuplai dari Bandung. Untuk keperluan
produksinya, secara rutin dikirim empat ton kacang kedelai/minggu.
Harga kacang kedelai yang digunakan berkisar antara Rp 2700 sampai Rp
3000/kilogram. Proses pembuatan tahu sumedang ini tentu saja tidak
semudah yang kita bayangkan, Pembuatan tahu sumedang dilakukan di
dalam ruangan yang hanya berukuran kurang lebih 10 x 12 m.
Dengan pekerja yang berjumlah enam belas orang, yang bekerja dengan
sistem shift atau aplusan dan dilengkapi dengan dua buah mesin dinamo,
lima buah bak berukuran besar, tiga buah tangok, dan tiga buah tahang.
"Rasa tahu sumedang itu khas, beda dengan tahu-tahu lain. Begitu juga
kepadatannya (tekstur) yang dibuat dengan cara khusus juga. Ini semua
yang menentukan adalah "bibit" (bumbu) dan juga proses pembuatannya,",
tutur Asep salah seorang pegawai Tamim yang telah bekerja kurang lebih
delapan tahun.
Untuk membuat satu kali gilingan diperlukan enam kilo kacang kedelai
pilihan dan setiap gilingan dikerjakan oleh dua orang. Mula-mula
kacang kedelai itu direndam sampai mekar setelah itu digiling bersama
air. Dari proses penggilingan itu diperoleh aci yang siap untuk
direbus di dalam sebuah bak besar bersuhu tinggi. Hasil rebusan
kemudian disaring dengan menggunakan tangok untuk kemudian direndam ke
dalam "biang" yang terbuat dari cuka dan air yang telah direbus dan
didiamkan kurang lebih lima menit.
Olahan tahu yang sudah jadi akan terpapar di tahang. Air sisa rendaman
kemudian diciduk dan dibuang . Olahan tahu kemudian dicetak ke dalam
wadah yang disebut papan dan didiamkan kurang lebih dua menit. Olahan
tahu yang telah dicetak kemudian diiris dan direndam ke dalam bak
besar yang berisi air garam selama satu menit untuk selanjutnya siap
digoreng.
Jika dalam pembuatannya ada tahu yang cacat atau gagal maka tahu
tersebut dapat diolah lagi pada proses selanjutnya. Lalu bagaimana
dengan ampasnya?
"Ampas sisa tahu dijual untuk pakan ternak sapi. Ampas ini mengandung
protein tinggi," tutur Tamim yang memiliki pabrik tahu di Kampung
Andir, desa Cileunyi Wetan, Sumedang.
Dalam mengelola usahanya, H. Tamim yang asli berasal dari Sumedang ini
masih menggunakan sistem yang tradisional. Mulai dari pengawasan
produksi sampai dengan sistem administrasi, semuanya dipegang oleh
pria berusia 58 tahun ini. Para pegawai yang bekerja di pabrik tahu
itu digaji sekitar sembilan ratus ribu rupiah/bulan. Karena sistemnya
yang menggunakan shift, maka per sepuluh hari mereka mendapatkan upah
tiga ratus ribu rupiah.
Menurut Tamim, kegiatan pembuatan tahu paling pas dilakukan pukul
delapan malam sampai pukul delapan pagi. Uniknya pada hari-hari
khusus, kegiatan di pabrik tidak libur. Mereka yang merelakan hari
liburnya untuk bekerja tentu saja mendapatkan imbalan yang sesuai.
"Pak Haji selalu memperhatikan pegawainya seperti anaknya sendiri",
tutur Asep yang juga menjadi tangan kanan Tamim.
Biaya yang perlu dikeluarkan Tamim tentu saja tidak seberapa dibanding
pendapatannya per bulan. Untuk biaya listrik di pabrik yang terletak
di kampung Andir, Desa Cileunyi Wetan ini saja misalnya, ia hanya
mengeluarkan delapan ratus ribu rupiah/bulan. Dari modal kurang lebih
Rp 22 juta untuk membeli alat-alat dan mesin-mesin, Tamim kini telah
mengembangkan usahanya mulai dari pinggir tol Cileunyi sampai ke
daerah Bandung. Impiannya ke depan, dia ingin merambah Jakarta.
Menurutnya, tahu sumedang yang ada di Jakarta, bentuknya mirip tahu
sumedang, tapi rasanya tak karuan. Makanya, kalau saja ada yang ingin
bekerja sama, dia mau memasok tahu sampai ke Jakarta. "Yang pernah
cobain tahu saya, kalau kembali ke Bandung atau mau balik ke Jakarta,
pasti membeli sebagai oleh-oleh untuk orang rumah," ujarnya bangga.n
Christie Leonita,
Mahasiswi Universitas Pajajaran Fakultas Ilmu Komunikasi 2003
Copyright © Sinar Harapan 2003
http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda
[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:Baraya_Sunda-***@yahoogroups.com
mailto:Baraya_Sunda-***@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
Baraya_Sunda-***@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Haji Tamin, dari Pedagang Kaki
Lima Menjadi Pengusaha Sukses
Sumedang Siapa tak kenal dengan tahu sumedang. Makanan khas
Indonesia yang berasal dari Sumedang, di daerah Jawa Barat ini tidak
hanya gurih rasanya tapi juga kaya akan protein dan berbagai zat yang
diperlukan oleh tubuh. Bagi Haji Tamim (58), tahu sumedang telah
mengubah hidupnya.
Bagaimana tidak, berawal dari seorang pedagang kaki lima di pasar, ia
lalu berdikari menjadi salah seorang pengusaha tahu yang sukses.
Dari usahanya itu kini ia telah berhasil menghidupi keluarganya, naik
haji, memiliki pabrik dan menghidupi keenam belas karyawannya. Ayah
dari sembilan orang anak ini telah memulai usahanya sejak tahun 1985.
Berawal dari pembuatan satu gilingan tahu atau kira-kira seratus buah
tahu/hari, menjadi dua puluh lima gilingan dan sekarang mencapai
seratus gilingan atau sekitar sepuluh ribu buah tahu/hari. Jumlah yang
cukup untuk memberi makan sekampung.
Usaha yang dianggap kebanyakan orang sebagai hal yang sepele ini,
ternyata mampu mendatangkan omset lebih dari Rp 100 juta/bulan. Belum
lagi jika ada hari-hari khusus yang menyebabkan permintaan bertambah
maka omzetnya bisa mencapai dua kali lipat dari omzet biasa.
Ketika berbincang-bincang dengan Haji Tamim, senyumnya selalu dikulum,
tanda bisnisnya lancar.
Bahan baku utama tahu sumedang ini, menurut Tamim yang tidak lulus SMP
itu, adalah kacang kedelai yang disuplai dari Bandung. Untuk keperluan
produksinya, secara rutin dikirim empat ton kacang kedelai/minggu.
Harga kacang kedelai yang digunakan berkisar antara Rp 2700 sampai Rp
3000/kilogram. Proses pembuatan tahu sumedang ini tentu saja tidak
semudah yang kita bayangkan, Pembuatan tahu sumedang dilakukan di
dalam ruangan yang hanya berukuran kurang lebih 10 x 12 m.
Dengan pekerja yang berjumlah enam belas orang, yang bekerja dengan
sistem shift atau aplusan dan dilengkapi dengan dua buah mesin dinamo,
lima buah bak berukuran besar, tiga buah tangok, dan tiga buah tahang.
"Rasa tahu sumedang itu khas, beda dengan tahu-tahu lain. Begitu juga
kepadatannya (tekstur) yang dibuat dengan cara khusus juga. Ini semua
yang menentukan adalah "bibit" (bumbu) dan juga proses pembuatannya,",
tutur Asep salah seorang pegawai Tamim yang telah bekerja kurang lebih
delapan tahun.
Untuk membuat satu kali gilingan diperlukan enam kilo kacang kedelai
pilihan dan setiap gilingan dikerjakan oleh dua orang. Mula-mula
kacang kedelai itu direndam sampai mekar setelah itu digiling bersama
air. Dari proses penggilingan itu diperoleh aci yang siap untuk
direbus di dalam sebuah bak besar bersuhu tinggi. Hasil rebusan
kemudian disaring dengan menggunakan tangok untuk kemudian direndam ke
dalam "biang" yang terbuat dari cuka dan air yang telah direbus dan
didiamkan kurang lebih lima menit.
Olahan tahu yang sudah jadi akan terpapar di tahang. Air sisa rendaman
kemudian diciduk dan dibuang . Olahan tahu kemudian dicetak ke dalam
wadah yang disebut papan dan didiamkan kurang lebih dua menit. Olahan
tahu yang telah dicetak kemudian diiris dan direndam ke dalam bak
besar yang berisi air garam selama satu menit untuk selanjutnya siap
digoreng.
Jika dalam pembuatannya ada tahu yang cacat atau gagal maka tahu
tersebut dapat diolah lagi pada proses selanjutnya. Lalu bagaimana
dengan ampasnya?
"Ampas sisa tahu dijual untuk pakan ternak sapi. Ampas ini mengandung
protein tinggi," tutur Tamim yang memiliki pabrik tahu di Kampung
Andir, desa Cileunyi Wetan, Sumedang.
Dalam mengelola usahanya, H. Tamim yang asli berasal dari Sumedang ini
masih menggunakan sistem yang tradisional. Mulai dari pengawasan
produksi sampai dengan sistem administrasi, semuanya dipegang oleh
pria berusia 58 tahun ini. Para pegawai yang bekerja di pabrik tahu
itu digaji sekitar sembilan ratus ribu rupiah/bulan. Karena sistemnya
yang menggunakan shift, maka per sepuluh hari mereka mendapatkan upah
tiga ratus ribu rupiah.
Menurut Tamim, kegiatan pembuatan tahu paling pas dilakukan pukul
delapan malam sampai pukul delapan pagi. Uniknya pada hari-hari
khusus, kegiatan di pabrik tidak libur. Mereka yang merelakan hari
liburnya untuk bekerja tentu saja mendapatkan imbalan yang sesuai.
"Pak Haji selalu memperhatikan pegawainya seperti anaknya sendiri",
tutur Asep yang juga menjadi tangan kanan Tamim.
Biaya yang perlu dikeluarkan Tamim tentu saja tidak seberapa dibanding
pendapatannya per bulan. Untuk biaya listrik di pabrik yang terletak
di kampung Andir, Desa Cileunyi Wetan ini saja misalnya, ia hanya
mengeluarkan delapan ratus ribu rupiah/bulan. Dari modal kurang lebih
Rp 22 juta untuk membeli alat-alat dan mesin-mesin, Tamim kini telah
mengembangkan usahanya mulai dari pinggir tol Cileunyi sampai ke
daerah Bandung. Impiannya ke depan, dia ingin merambah Jakarta.
Menurutnya, tahu sumedang yang ada di Jakarta, bentuknya mirip tahu
sumedang, tapi rasanya tak karuan. Makanya, kalau saja ada yang ingin
bekerja sama, dia mau memasok tahu sampai ke Jakarta. "Yang pernah
cobain tahu saya, kalau kembali ke Bandung atau mau balik ke Jakarta,
pasti membeli sebagai oleh-oleh untuk orang rumah," ujarnya bangga.n
Christie Leonita,
Mahasiswi Universitas Pajajaran Fakultas Ilmu Komunikasi 2003
Copyright © Sinar Harapan 2003
http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda
[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:Baraya_Sunda-***@yahoogroups.com
mailto:Baraya_Sunda-***@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
Baraya_Sunda-***@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/